Ketika mulai belajar, hal pertama yang harus dilakukan terhadap siswa/anak adalah memunculkan kemauan untuk belajar. Ibarat kita hendak menuang air ke dalam gelas, maka gelasnya harus terbuka dahulu. Dalam kondisi tertutup, maka hanya ada satu kemungkinan yaitu air akan tumpah dan tidak akan masuk ke dalam gelas. Dalam kondisi terbuka, maka kemungkinan air untuk masuk pasti ada.
Ingatan Jangka Panjang dalam Belajar
Mendidik anak seperti mengalirkan air. Akan tetapi, mari kita menyiramkan air tersebut layaknya kita menyiramkan air di kebun. Bukan menyiramkan air ke dalam ember. Menyiram air di ember berarti memiliki kemungkinan bahwa ember tersebut akan penuh dan selanjutnya akan tumpah karena wadahnya tetap.
Sedangkan menyiramkan air di kebun berarti kita mengalirkan air tersebut ke tanaman. Dan setiap tanaman dan pohon memiliki kepastian tumbuh dan akan semakin besar. Mendidik menjadi mendampingi, mengisi, melatih, dan memupuknya supaya setiap anak mampu tumbuh menjadi jiwa-jiwa yang agung.
Pendidikan Karakter dalam Berpuasa
Oleh : Ali Fauzi
hore……!
Begitulah sambutan anak-anak saat mendengar bahwa Ramadhan tiba. Mereka rindu dengan semaraknya, dengan suasana sore menjelang berbuka, dengan kegembiraan salat tarawih. Kegembiraan itu juga hingga tengah malam saat makan sahur. Sungguh, mereka kangen suasana makan pada dini hari.
Perasaan senang yang dimiliki anak, berefek pada munculnya semangat berpuasa. Mereka akan sangat bangga bahkan hanya ketika orang dewasa atau orang yang mereka kagumi bertanya apakah mereka berpuasa. Di satu sisi, setiap anak ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk beribadah puasa. Untuk hal ini, jangan pernah lupa memberikan perhatian dan pujian kepada anak. Di sisi yang lain, bulan puasa juga menyimpan kerinduan yang dalam. Ya, kerinduan berkumpul keluarga yang selama ini jauh. Memang, biasanya berkumpul dengan kakek atau nenek bisa dilakukan di akhir bulan puasa setelah anak-anak libur sekolah.
Guru dan Penggali Emas
oleh: Ali Fauzi
Pertama-tama adalah kemauan untuk berbagi. Selanjutnya adalah panggilan hati untuk menemukan emas dan mutiara terpendam.
Seorang guru berperan sebagai penggali emas dalam lumpur. Begitulah apa yang sesungguhnya dilakukan dan dipersembahkan oleh seorang guru, pelatih, atau seorang pemandu. Sangat penting memahami peran ini, untuk kemudian kita ambil alih peran itu untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Barangkali terlalu berlebihan kalau diistilahkan sebagai penggali emas. Toh, pada kenyataannya kesejahteraan menjadi guru tidak bisa mendekati ukuran-ukuran emas. Sungguh, guru yang memiliki panggilan hati akan mencapai kebahagiaan pada saat mampu menemukan emas dalam lumpur dan kemudian membuatnya berkilau.