Jika Sekolah Tidak Berinovasi, Maka Ini Yang Akan Terjadi

Share
inovasi sekolah sumber gambar http://blog.src.sk.ca

Oleh : Ali Fauzi

Stabilitas sudah mati, demikian kata Don Tapscott. Saat ini, Salah satu pembunuhnya adalah inovasi. Ya, inovasi hadir kadang tidak hanya sebagai penambah nilai dan guna, melainkan juga hadir sebagai pembunuh bagi yang tidak siap menerimanya.

Rhenald Kasali dalam catatannya menyampaikan bahwa hanya 2% dari seluruh guru yang benar-benar menjadi pendidik, yaitu guru yang kreatif yang membentuk manusia. Sekitar 3% sibuk menjadi administrator, dan selebihnya adalah “guru kurikulum” yang hanya menjalankan perintah dengan hanya menyelesaikan kurikulum yang diwajibkan. Apa isi buku, itu yang diberikan.

Dari segi jumlah, pertumbuhan sekolah begitu deras. Sekolah-sekolah baru, muncul dengan tawaran-tawaran baru atau produk lama dengan cara baru. Apapun itu, kini mulai ramai pergerakan positif untuk bersaing menjadi yang terbaik.

Sekolah-sekolah yang sudah mapan dengan jumlah murid yang besar masih menguasai pasar. Orangtua yang ingin memilih sekolah untuk anaknya masih mempertimbangkan hal-hal seperti: status sekolah sebagai sekolah unggulan, pendaftarnya membludak, dan ramai diperbincangkan orang.

Tidak bisa dipungkiri, sekolah-sekolah dengan nama besar masih mampu mempertahankan kualitas sebagaimana mestinya. Pergeseran perubahan di dunia pendidikan, oleh salah satu peneliti, dikatakan sebagai salah satu yang paling lambat di era sibuknya perubahan dan inovasi.

Kita lihat misalnya ketika kendaraan taksi tradisional secara diam-diam dan perlahan “dibunuh” secara senyap oleh taksi berbasis online. Prof. Rhenald Kasali menyebut bahwa lawan-lawan pemain besar sekarang adalah lawan-lawan yang tidak kelihatan. Lihat juga bagaimana masifnya pergerakan bukalapak.com atau tokopedia.

Rupanya, kebutuhan inovasi yang begitu cepat belum “mampir” di dunia pendidikan Indonesia. Apakah ini ada yang salah? Ini bukan semata-mata urusan salah dan benar. Ini bukan multiple choice, dimana kalau yang satu memiliki kebenaran 100%, maka yang lain pasti salah. Ini persoalan kebutuhan. Ya, kebutuhan memiliki grand design sistem pendidikan yang handal.

Kurikulum 2013, misalnya. Terlepas dari apapun fakta dan kepentingannya, kurikulum baru selayaknya selalu menawarkan perubahan yang lebih baik. Faktanya, kurikulum 2013 mengalami kesulitan untuk bisa diterima oleh guru dan sekolah. Tidak hanya guru, para pakar pendidikan masih berbeda pendapat, pemangku kebijakan tidak hentinya saling mengevaluasi sebagai pihak yang paling tepat dan paling dibutuhkan.

Kita ingat, contoh beberapa perubahan yang dilakukan oleh pemerintah selama beberapa dekade sampai sekarang. Ada Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), Sistem Pengajaran Modul, Guru Pamong, Cara Belajar Siswa Aktif. Juga beberapa perubahan Kurikulum.

Sebagai guru dan pendidik, saya mengamati, inovasi dalam dunia pendidikan dibutuhkan di beberapa bagian saja. Salah satu fungsi sekolah adalah penyambung tradisi dan penjaga nilai-nilai luhur bangsa. Juga tempat pengembangan pendidikan karakter. Namun kita juga harus ingat, sangat banyak dalam bagian-bagian dari kegiatan pendidikan di sekolah yang harus diberkan sentuhan inovasi.

Salah satu bagian terpenting yang harus diubah dalam dunia pendidikan adalah orientasi dan cara dalam mendidik. Jika selama puluhan tahun, guru sebagian besar tugasnya adalah menyampaikan informasi dan materi, maka kini sudah harus berubah. Jika waktu kita kecil dulu kita dididik dengan model ceramah, apakah metode itu masih cocok menjadi satu-satunya model belajar?

Belum lagi masalah motivasi. Sangat lama, anak didik diukur keberhasilannya dengan angka-angka. Mereka dididik dengan disiplin dan hukuman. Kini, masalah motivasi dan pembelajaran yang menyenangkan sangat dibutuhkan. Jika guru dan sekolah tidak bisa membuat anak didik senang, maka mereka akan memilih jatuh cinta pada youtube, media sosial, dan internet untuk belajar.

Belum lagi terkait manajemen pendidikan, sistem pembelajaran, dan keterlibatan masyarakat.

Mari kita amati beberapa sekolah yang masuk kategori bagus dan kebanjiran pendaftar setiap tahunnya. Secara umum, banyak unsur dan indikator yang menjadikan sekolah menjadi besar.

Ada sekolah yang besar karena nama tokoh tertentu.

Ada sekolah yang besar karena dekat dengan pusat pemerintahan baik daerah maupun pusat.

Ada sekolah yang besar karena bangunannya bagus.

Ada sekolah yang besar karena nilai Ujian selalu tinggi.

Ada sekolah yang besar karena alumninya sukses-sukses.

Ada sekolah yang besar karena pendidikan agamanya bagus.

Ada sekolah yang besar karena memiliki merek tertentu.

Ada sekolah yang besar karena pendidikan karakternya bagus.

Ada sekolah yang besar karena terjangkau dan siswanya berakhlak baik.

Ada sekolah yang bagus karena metode belajarnya inovatif.

Ada sekolah yang besar karena murid-muridnya menjadi aktif.

Ada sekolah yang besar karena pelayanan kepada Masyarakat sangat memuaskan.

Ada sekolah yang besar karena jaringan kerjanya luas.

Ada sekolah yang besar karena manajemennya transparan.

Dan seterusnya.

Itu adalah pilihan-pilihan dalam mengembangkan sekolah. Tidak ada satu dan lainnya yang saling mengungguli. Hanya saja, ada yang bisa bertahan lama, ada yang sebentar. Jika saling melengkapi, maka akan semakin kuat.

Jika sebuah sekolah tidak tegas memilih keunggulan, maka siap-siap akan menjadi sekolah biasa dan ditinggal zaman. Faktanya, setiap sekolah dengan jenis apapun, masih bisa bertahan.

Kalau kita berfikir hanya bertahan, maka kualitas akan berhenti. Setidaknya, mari berfikir untuk tetap bertahan dengan kualitas yang lebih baik dan tidak ketinggalan zaman.

Hanya saja, bagi pemerintah yang bertugas menyelenggarakan pendidikan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka ada tugas yang lebih utama, yaitu pemerataan pendidikan. Baik fasilitas, infrastruktur, dan kualitas. Jika tidak merata, maka pengembangan pendidikan secara nasional terus mengalami hambatan.

 

Author: Ali Fauzi

Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.

Artikel terkait

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.