
Oleh : Ali Fauzi
Tulisan ini untuk guru dan untuk siapapun yang memiliki jiwa pendidik. Bisa untuk guru baru, guru senior yang membutuhkan penyegaran, atau sekadar pengingat.
Hari pertama sekolah adalah saat dimana teka-teki dalam diri anak akan terjawab. Setiap anak, terkadang orangtua juga, menyimpan rapi teka-teki dalam dirinya. Tentang sekolah, kelas, teman, teman sebangku, teman lama, guru, wali kelas, gedung sekolah, bahkan tentang dirinya sendiri.
Apapun yang anak dapatkan di hari pertama, akan memengaruhi harapan anak di sekolahnya. Apakah hari pertama langsung menentukan? Iya, tapi tidak besar. Dengan catatan, kesalahan hari pertama harus langsung diperbaiki di hari berikutnya. Anak-anak di sekolah akan membangun harapan dan kesan pada minggu pertama sampai bulan pertama. Jika hari pertama terlewati dengan biasa saja, maka mari menyempurnakannya di hari-hari berikutnya.
Mengenalkan nama, alamat, dan status adalah hal wajib yang anak-anak perlu ketahui. Ingat, setiap anak akan mengetahui siapa yang akan menemaninya belajar selama satu tahun ke depan. Maka, seorang anak membutuhkan sosok yang tepat.
Bercerita tentang diri adalah momen yang sangat bagus. Ya, inilah saatnya promosi, membanggakan diri (tentu saja tidak berlebihan), menularkan semangat, menyebar harapan, dan membangun harapan dan impian bersama. Salah satu cara yang mudah dilakukan adalah menceritakan tentang diri kita.
“Di usia seperti kalian, bapak dulu adalah seorang pengamen. Membeli tas saja, bapak harus mengumpulkan uang selama enam bulan….. dst.”
“Sudah dua belas tahun ibu menjadi guru. Hari ini, ibu melihat semangat yang berbeda. Ibu pernah meluluskan dengan hasil terbaik. Hari ini tampaknya bisa lebih baik….. dst.”
“Anak-anak nggak perlu kaget. Ibu baru dua tahun menjadi guru. Tahun ini adalah tahun terbaik yang akan kita lalui bersama…. Dst.”
Itu adalah beberapa contoh saja. Apapun yang kita ceritakan, pastikan anak akan tergetar jiwanya dan mengambil semangat yang sama. Jangan pernah melupakan bahwa setiap orang menyukai cerita. Maka, pilihlah satu sampai tiga cerita, kemudian siapkan mimik dan ekspresi agar cerita tersebut menjadi menarik.
Bisa jadi, apa yang diingat beberapa tahun yang akan datang oleh anak adalah cerita-cerita kita ketimbang materi yang kita ajarkan. Bangunlah hubungan awal, baik emosional, spiritual, maupun sosial dengan anak sebaik mungkin. Menjadikan pihak yang dipercaya oleh anak didik adalah modal utama yang harus kita dapatkan.
Jika merasa susah untuk bercerita, mulai saja. Ya, mulai saja seperti kita bercerita kepada anak sendiri, kepada kawan, atau kepada ibu kita. Cerita apapun, asalkan tulus dan ada niat menularkan semangat, maka akan sampai kepada jiwa-jiwa anak sebagai pembelajar.
Selamat mencoba. Semoga Sukses.
Author: Ali Fauzi
Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.
1 Comment
Yth. Bapak Ali Fauzi,
Mohon bantuannya untuk share info mengenai ruangguru, melalui platform ini, Bapak dan rekan-rekan bisa mendaftar sebagai Guru Privat, untuk mata pelajaran apapun yang Bapak kuasai.
Demikian, terimakasih atas perhatiannya.
Salam,
ruangguru