2 Jebakan Yang Sering Tidak Disadari Dalam Penerapan Reward and Punishment

Share
reward and punishment || educenter.id

Oleh : Ali Fauzi

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa cara termudah untuk menegakkan disiplin adalah dengan sistem reward dan punishment. Ada juga yang berpendapat bahwa cara terbaik mengatur dan mengarahkan anak adalah dengan cara model reward dan punishment. Bahkan, untuk meningkatkan semangat belajar atau semangat berkarya, salah satu cara yang sering dilakukan adalah model reward dan punishment.

Tidak ada yang salah ketika reward dan punishment kita terapkan. Toh, hampir semua level kehidupan sangat sulit dipisahkan dari proses reward dan punishment.

Sayangnya, reward dan punishment seringkali muncul seolah-olah untuk menunjukkan “kekuasaan” orang dewasa. “Kekuasaan” guru terhadap muridnya, senior terhadap juniornya, atau orangtua terhadap anaknya. Mayoritas berdalih bahwa reward dan punishment merupakan cara terbaik dan satu-satunya untuk bisa mengendalikan keadaan.

Ketika B.F. Skinner mengatakan bahwa perilaku manusia dibentuk oleh lingkungannya, maka banyak yang menciptakan rekayasa sosial. Salah satunya adalah bentuk reward dan punishment ini. Banyak orang bersemangat karena ada hadiah yang dijanjikan, begitu juga banyak orang yang menyesuaikan perilakunya karena adanya hukuman yang akan diterima.

Memang, reward dan punishment merupakan penunjang kuat dalam membentuk perilaku. Namun, dalam praktiknya, banyak pihak yang terjebak melakukan kesalahan. Sayangnya, kesalahan ini sering tidak disadari.

Agar kita tidak ikut masuk dalam jebakan kesalahan ini, mari kita ingat jebakan berikut ini!

  1. Tidak seimbang

Nanti kita lihat, termasuk yang manakah kita dalam tidak seimbang?

Ada orangtua yang sedikit-sedikit mengeluarkan ancaman kepada anaknya. Ada ancaman verbal ada juga yang non verbal. Ada juga seorang guru yang mudah sekali mengeluarkan ancaman tidak naik kelas, dihukum menulis, atau dikurangi nilainya. Hal-hal semacam ini adalah bentuk lain dari hukuman atau punishment.

Di kondisi yang lain, ada orangtua yang mudah sekali memberikan hadiah kepada anaknya. Sebagai rasa sayang kepada anak, sungguh tidak salah. Namun, jika berlebihan maka sangat tidak baik akibatnya.

Memang sangat efektif, mengendalikan keadaan atau menginginkan perilaku tertentu kepada anak melalui reward dan punishment.

Akibat jika terlalu banyak hukuman dan ancaman.

Jika melakukan ini akan dihukum begini, kalau melakukan itu maka dihukum begitu dan seterusnya, dan sedikit-sedikit dihukum, maka inilah akibatnya. Anak atau oarang dewasa akan memiliki kecenderungan menghindari hukuman. Tidak hanya itu, mereka akan melakukan sesuatu didorong oleh rasa takut. Lebih lanjut, jika tidak ada penghargaan terhadap sebaliknya, maka setiap anak atau orang dewasa akan memilih “main aman”.

Yang dipikirkan adalah “yang penting tidak dihukum”.

Memang, ada hal-hal tertentu yang harus kita paksakan kebaikannya kepada anak. Namun, memilih cara yang lebih baik merupakan tugas kita untuk belajar menerapkannya.

 Akibat jika terlalu murah hadiah dan pujian.

Hal ini sebenarnya baik, asal jangan berlebihan. Reward memang harus lebih banyak dari pada hukuman. Hal inilah yang dicontohkan oleh Allah kepada manusia. Allah memberikan lebih banyak kasih sayang dan rahmat-Nya kepada manusia.

Namun, jika tidak seimbag dan terlalu murah pujian dan hadiah, maka anak akan sulit memilih sikap mana yang baik dan mana yang tidak baik. Mana yang baik dan mana yang lebih baik. Mereka mengalami kesulitan, karena mereka berpikir bahwa apapun yang saya lakukan akan dapat hadiah.

Ayo, kita membuat daftar reward dan punishment. Lebih banyak mana ya pada diri kita?

  1. Tidak ada makna

Ketika reward dan punishment dihubungkan dengan kedisiplinan, maka seringkali kita menerapkannya tanpa menyampaikan maksud dan tujuan hukuman tersebut. Pokoknya siapapun yang melakukan kesalahan harus dihukum.

Bahkan, ketika reward dan punishment sudah menjadi budaya, maka banyak yang tidak memahami alasan munculnya sebuah hukuman tertentu. Misalnya, apa hubungan antara tidak mengerjakan PR dengan berdiri di lapangan?.

Dalam pendidikan, baik di rumah maupun di sekolah, reward dan punishment adalah sebuah cara dalam mendidik anak. Bisa jadi, satu jenis hukuman cocok dengan pribadi tertentu tapi tidak pas untuk pribadi yang lain.

Maka, jangan pernah lupa menyampaikan alasan kenapa dia dihukum dengan cara tertentu.

Setiap anak selalu masih dalam masa belajar. Kadang-kadang, wajar jika anak melakukan kesalahan. Ada yang melakukan kesalahan karena tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah kesalahan, maka lebih perlu bimbingan ketimbang hukuman.

Hadiah atau penghargaan sebenarnya merupakan penghargaan bagi pribadi yang ingin berkembang dan berkembang lebih jauh. Sedangkan hukuman sebenarnya adalah cara anak-anak tertentu menerima bimbingan.

Peran orang tua, guru dan sekolah adalah menemukan pendekatan yang tepat untuk setiap situasi tertentu.

 

Author: Ali Fauzi

Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.

Artikel terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published.