
Oleh: Ali Fauzi
Efektif namun rugi. Ya, ketika anda seorang guru dan ketika menghadapi siswa yang ribut atau ngobrol sendiri-sendiri, biasanya reflek yang akan terjadi adalah anda berteriak…
“Diam…..”
“Yang gak bisa diam, silakan keluar kelas”
“Hitungan sampai tiga, yang nggak diam, maju ke depan!”
Dan seterusnya…
Bentakan dan ancaman seperti itu sangat ampuh. Otomatis dalam sekejap siswa akan diam. Tapi ingat, diamnya anak dalam kondisi seperti ini sangat merugikan. Unsur terbesar yang merugikan adalah keterpaksaan, ketakutan, dan kepentingan sesaat.
Ketika kita—sebagai guru—menginginkan siswa diam agar mendengarkan kita, maka yang seharusnya belajar tentang proses itu adalah siswa. Kepentingan itu sesungguhnya bukanlah kepentingan guru. Sayangnya, mendiamkan siswa dengan kata-kata ancaman atau bentakan seringkali muncul sebagai bukti kekuatan seorang guru. Bahkan, muncul pula sebagai bentuk intimidasi terhadap siswa.
Kalau anak diam dengan cara itu, sangat sedikit yang anak dapatkan. Anak akan belajar bahwa orang dewasa harus ditakuti, dan kalau tidak diikuti maka bahaya akan mengancam. Kondisi ini bisa memunculkan perlawanan. Bukannya kesadaran yang kita dapatkan, melainkan ejekan dan perlawanan di belakang kita.
Jika menghadapi siswa yang “berisik”, maka jangan terburu-buru mendiamkannya. Kenapa kata “berisik” saya tulis menggunakan tanda petik? Karena, ada kelas yang “berisik” namun sangat positif. Mereka membincangkan projek kerja kelompok. Sebaliknya, seringkali ukuran siswa baik adalah mereka yang duduk melipat tangan di meja lalu diam dan tidak “berisik”.
Guru mendiamkan siswa, memiliki kerugian. Anak yang selalu diam atau tertib saat gurunya berteriak atau mengeluarkan ancaman, maka anak akan terus bergantung pada kata-kata tersebut. Jika kata-kata tersebut tidak keluar, maka anak juga tidak diam. Bisa juga, jika bukan orang yang sering membentak yang berkata maka anak menganggapnya boleh “berisik”. Ketergantunganlah kerugiannya.
Mari belajar menciptakan kondisi agar siswa yang berinisiatif diam sendiri ketika ada guru sedang berbicara. Biarkan siswa yang mengambil tanggung jawab. Jangan ambil tanggung jawab itu dari siswa. Biarkan siswa yang mengambil keputusan untuk belajar saling menghormati orang lain yang sedang berbicara.
Fokuskan pada kepentingan jangka panjang bahwa anaklah yang harus belajar, harus mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas tindakannya.
Salam. www.sejutaguru.com
Author: Ali Fauzi
Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.