
Saat ini, banyak fakta telah membuktikan bahwa tiga kata yang sulit diucapkan bukan lagi “Aku mencintai kamu”. Mungkin, pengecualian bagi sebagian jomblo.
Inilah fakta sekaligus sindiran yang ditulis oleh Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner dalam salah satu buku mereka.
Mereka mengisahkan, jika dalam sebuah kelas ujian ada soal seperti di bawah ini:
Seorang gadis kecil bernama Maria pergi ke pantai bersama ibu dan adiknya. Mereka mengendarai mobil merah ke sana. Di pantai, mereka berenang, makan es krim, bermain di atas pasir, dan makan siang roti lapis.
Sekarang, pertanyaannya adalah….
Apa warna mobil itu?
Apakah mereka makan siang ikan dan kentang goreng?
Apakah mereka mendengarkan musik di dalam mobil?
Apakah mereka minum lemon sambil makan siang?
Apakah anda, sebagai pembaca, bisa menjawab semuanya? Dan apa jawabannya?
Mari kita bandingkan jawaban anda dengan jawaban sekelompok anak-anak sekolah di Inggris berusia 5 sampai 9 tahun yang diberi kuis ini oleh para peneliti akademis. Hampir semua anak-anak benar menjawab dua pertanyaan pertama. Namun, jawaban anak-anak itu jauh lebih buruk dengan pertanyaan ke-3 dan 4. Mengapa? Pertanyaan-pertanyaan itu tak bisa dijawab. Tidak ada cukup informasi yang diberikan dalam cerita itu.
Uniknya, 76% anak-anak menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Entah dengan jawaban “ya” atau “tidak”.
Kesimpulan “gila” yang diberikan penulis tersebut adalah anak-anak yang berusaha berlagak tahu dalam sebuah kuis sederhana seperti ini, cocok berkarir di bidang politik.
Lihatlah politisi, tidak semuanya tapi insyaAllah hanya beberapa, mereka hampir tak ada seorang pun yang pernah mengaku “aku tidak tahu” apa-apa ketika ditanya.
Ya, tiga kata tersulit untuk diucapkan adalah “AKU TIDAK TAHU”.
Silakan membaca buku Think Like A Freak, untuk mengetahui analisa dan data atas fakta ini.
Catatan untuk guru. Penting sekali mengajarkan kejujuran dalam belajar. Lebih penting lagi, mengajarkan sikap apa yang harus dilakukan setelah kita menyadari ketidaktahuan.
Terimakasih.
Author: Ali Fauzi
Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.
2 Comments
Assalamu’alaikum. Pak Fauzi, saya Dien Wahyuni. Pernah jadi guru pendamping bapak di ASBCC. Saya mau mengucapkan terimakasih untuk ilmu selama saya berpartner dgn bapak dan yang seterusnya saya dapatkan dari tulisan bapak di blog ini. Alhamdulillah. Salam utk istri dan anak2. Semoga bapak selalu dilindungi diridhoi Allah SWT dalam membagikan ilmu yang bermanfaat.
terimakasih bu. sama-sama