Fokus Belajar; Cara Mengatasi Perselingkuhan Dalam Belajar

Share
fokus belajar. gambar: yukepo.com

Oleh : Ali Fauzi

Saat ini, konsentrasi dan fokus anak mudah sekali berpindah dan pendek. Para peneliti sudah menemukan bukti di berbagai negara. Kita sebagai guru harus menjadikannya sebagai tantangan dan bukan sebagai masalah. Apa yang membentuknya?

Perselingkuhan dalam belajar terjadi justru ketika murid kita masih mampu fokus dan mau belajar. Hanya saja, terjadi belokan di tikungan yang tidak kita inginkan. Jika terjadi, kita harus memilih cara yang tepat untuk menguliknya.

Generasi ini tumbuh bersama teman akrab mereka bernama media sosial. Pesan pendek (Whatsapp, Line, Facebook, Instagram, dll) telah membentuk jaringan kerja otak untuk berloncat-loncat dalam satu waktu dari pesan satu ke pesan yang lain yang semuanya berbentuk pesan pendek. Youtube telah memberikan jutaan pilihan video. Jika anak bosan dengan satu video, maka selalu tersedia pilihan. Kapanpun video membosankan dan tidak menarik, mereka akan langsung beralih ke yang lain.

Itu salah satu penyebab berkurangnya konsentrasi dan fokus belajar anak. Jika cara mengajar kita tidak menarik, siap-siap anak akan mengambil perhatian ke tempat lain.

Kejadian menarik berikut, mungkin sering kita alami. Bagi beberapa guru, kasus ini mudah saja menanganinya. Namun bagi yang lain, bisa jadi kejadian ini sering melelahkan. Mari kita lihat!

Pernahkah bapak atau ibu guru memberikan tugas membuat presentasi dalam bentuk slide power point?. Ketika tugas sudah diberikan dan anak-anak sudah mengerjakan, maka terjadi perselingkuhan. Mereka mengerjakan sangat lama, mereka bukannya membangun ketertarikan pada isi sejarah atau mencari materinya, melainkan lebih tergoda untuk mengeksplorasi cara-cara membuat presentasi menarik menggunakan power point. Mereka sibuk mencoba background, transisi antar slide, suara, dan seterusnya.

Hasilnya, setiap slide, ada suara unik, teks menari-nari setiap baris, dan slide berpindah dengan kelambatan yang indah. Namun, isinya sangat minim.

Kasus lain. Kita meminta anak untuk membuat poster yang menarik dari sebuah produk. Ketika bergerak mengerjakan, kita menyaksikan kesibukan justru pada cara menggambar, warna, bingkai, dan asesoris lain, bukan pada isi dan target yang utama dari poster tersebut.

Ini saya sebut perselingkuhan karena dua-duanya sama-sama belajar sesuatu. Yang satu materi pokok sedangkan yang lain sebagai alat.

Ini bukanlah sebuah masalah. Ini hanya efektivitas belajar.

Salah satu triknya adalah sebagai berikut: Buatlah prosedur yang jelas dan detail dalam setiap penugasan. Mulailah dengan cara mengerjakan, kemudian sampaikan dengan jelas aspek apa saja yang akan menjadi poin penilaian, sampai batasan waktu dalam mengerjakan.

Faktor terbesar agar kita mampu menyelesaikan kasus tersebut adalah jam terbang dalam mengajar. Tapi, jam terbang yang dilalui dengan makna.

Ingat, bukan pengalaman yang membuat kita matang, melainkan pengalaman yang bermakna.

Author: Ali Fauzi

Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.

Artikel terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published.