Merasa Termotivasi Saja Tidak Cukup; Inilah Perspektif “Kegagalan”

Share

Oleh: Ali Fauzi

Kata “gagal” dan “kegagalan” sungguh menghasilkan respon yang unik.

LUCUNYA, ada yang beranggapan gagal=bohong.

Apakah kalimat di bawah ini memotivasi kita? Jika iya, maka belum cukup.

Seorang ilmuwan memandang kegagalan sebagai sebuah informasi. Kegagalan adalah sebuah data yang menunjukkan bahwa kita tidak lagi harus melewati jalan dan cara yang sama. Sebuah informasi yang berisi sekumpulan data dan hasil yang kita beri nama kegagalan. Sebagai sebuah informasi, maka kegagalan tidak menghambat apapun.

Ada yang memandang kegagalan sebagai pengalaman terbaik.

Ada yang melihat kegagalan sebagai kata benda. Status tersebut menghasilkan penghakiman. Jika gagal, maka hancur, b*d*h, dan seterusnya.

Psikolog Carol Dweck melihat kegagalan sebagai kata kerja. Karena kata kerja, maka sifatnya terus bergerak dan berubah. Kegagalan tidak diam dan berhenti. Dia menuntut kita bergerak dan mengubahnya menjadi lebih baik.

Fisikawan Richard Feynman memandang kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar dan menemukan proses yang lebih baik.

Ada orang yang berkata, “untung aku pernah tidak naik kelas sehingga menjadikanku bangkit dan sukses seperti sekarang”.

Kegagalan bukan lawan dari kesuksesan, melainkan bagian penting dari kesuksesan. Demikian kata sebagian orang.

Kalau anda mencari di Google kalimat penyemangat tentang kegagalan, maka anda akan bisa mendapatkan ribuan jumlahnya. Kabar baiknya, seringkali kalimat tersebut hanya menjadi hiburan dan penenang. Termasuk tulisan ini. Ha ha ha

Pilihan lain adalah ini. Saat kegagalan menghentakmu, biarkan dia mengaduk-aduk emosimu. Bagi beberapa orang, ini bisa sangat lama bahkan bisa menyebar hingga mulut untuk mengeluarkan amarah dan sumpah serapah. Usahakan jangan lama. Setelah itu biarkan dirimu mengakui kegagalan tersebut.

Ini bagian pentingnya. Masukkan kegagalan tersebut ke dalam nalar dan otak kita agar segera diproses secara rasional. Setelah itu berikan feedback yang baik. Mulailah dengan “WHY”, “Mengapa”! Setelah itu terserah anda.

Sebagai penutup. Lucunya, ketika ada orang sudah berusaha dengan baik, beragam cara dicoba dan dilakukan, kemudian katakanlah “gagal”, ada orang yang menyebutnya sebagai “BERBOHONG” dan melabelinya sebagai “KEBOHONGAN”.

 

 

Author: Ali Fauzi

Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.

Artikel terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published.