Memperbaiki Atau Mempercepat? Apa Yang Harus Sekolah Lakukan Saat Siswa Kembali Ke Ruang Kelas?

Share
sumber gambar: fajarpendidikan

Oleh: Ali Fauzi

Sekolah telah mengalami proses pendidikan tanpa pengukuran yang baku. Nilai tes peserta didik merupakan hasil dari proses semu. Mereka belajar di bawah kondisi normal.

Bagaimana tidak, belajar dan tes online memiliki kemungkinan yang sangat luas. Mulai dari keberadaan orang dewasa di sekitar mereka yang siap membantu, sampai munculnya aplikasi foto untuk menjawab soal dan tentu saja kemudahan mendapat bantuan siaga dari sang maestro bernama Google. Inilah proses semu itu.

Engkau boleh tidak setuju dengan kenyataan ini. Namun menutup mata dengan kemungkinan ini juga bukan tindakan yang bijak.

Continue Reading

Sekolah, Operator Drone, dan Youtuber

Share

Oleh: Ali Fauzi

Sekitar 100 meter dari rumahku, ada pool taksi. Kini, tempat itu lebih layak menjadi tempat barang bekas ketimbang pool taksi itu sendiri. Puluhan karyawan harus melepaskan kemudi taksinya setelah transportasi online mengaspal di jalanan.

Menurut Kang Har, saat ini zaman sedang bukan mendorong pengemudi delman agar beralih menjadi pengemudi taksi, tetapi sedang menggeser kuda di abad ke-19 untuk keluar dari arena pasar kerja. Kita bukan sedang menggeser, melainkan memindahkan dan mengganti.

Ya, Kang Har betul. Dia menulis dalam bukunya, 21 Lessons for the 21st century, “ketika anda tumbuh dewasa, anda mungkin tidak memiliki pekerjaan.” Nama lengkap Kang Har adalah Yuval Noah Harari.

Memang, salah satu sisi pendidikan adalah menyiapkan manusia agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya melalui bekerja. Saat ini, kita bingung. Di kelas-kelas tingkat dasar. Kita lebih memilih bertanya, “apa cita-citamu?” ketimbang bertanya, “masalah apa yang ingin kamu selesaikan?”. Di kelas yang lebih tinggi, kita menambah jam belajar dan semakin gencar melatih keterampilan kerja yang dibutuhkan saat ini.

Seringkali, pada akhirnya saat mereka lulus, keterampilan tersebut butuh pembaruan atau bahkan sudah usang. Banyak kita jumpai, kemampuan dari sekolah tidak nyambung otomatis dengan kebutuhan kerja.

Ingat, anak SD aat ini, masih akan hidup sampai tahun 2050. Bahkan bisa jadi ada yang masih aktif sampai tahun 2100. Keterampilan apa yang dia butuhkan untuk mendapatkan pekerjaan? Jangan-jangan apa yang mereka pelajari hari ini, sudah tidak relevan pada tahun 2050.

Seandainya sekolah pada saatnya nanti harus menyiapkan kemampuan-kemampuan dasar untuk menjadi youtuber atau opeator drone, jangan kaget. Bagaimanatidak? Perubahan begitu cepat. Maka, jangan heran juga jika dalam satu dekade saja, kemampuan miliaran orang akan menjadi mubazir secara otomatis.

Aku jadi teringat tahun 2015, saat George Couros menulis dalam bukunya The Innovator’s Mindset bahwa “kita harus menyiapkan anak-anak kita untuk pekerjaan yang belum pernah ada.”

Sekilas, apa yang ditulis Kang Har dan Kang George menggambarkan rasa pesimis. Tapi sebenarnya tidak. Itu hanyalah alarm agar kita siap menghadapinya.

Anda juga tidak perlu bingung. Belajar dan mengajar saja terus tanpa henti. Siapapun yang terus belajar, maka dialah yang paling siap menghadapi perubahan.

Renungan tambahan. Hampir semua mengakui bahwa pendidikan yang baik bisa menghasilkan ekonomi yang baik. Pendidikan adalah alat terbaik untuk mengurangi angka kemiskinan. Namun, sangat sedikit yang berani mengakui bahwa silabus dan kurikulum kita, jangan-jangan, disusun dan didesain oleh korporasi kapitalisme.

Jika memang iya, bersiaplah menuai apa yang kita tanam.

Akhirnya, apapun kondisinya, seberapapun cepatnya timbul dan tenggelamnya sebuah pekerjaan, Kang Harari menyimpulkan bahwa pada akhirnya yang harus kita lindungi adalah MANUSIA, bukan pekerjaan.

Continue Reading

Asesmen dan TITANIC

Share
Asesmen dan titanic || sumber gambar: greenscene.co.id

Oleh: Ali Fauzi

Titanic. Banyak orang lebih mengingatnya sebagai judul film ketimbang sebuah nama kapal. Orang lebih mengingat Jack dan Rose (Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet) ketimbang Thomas Andrews, Jr. Orang juga lebih mengenangnya sebagai kisah cinta romantis ketimbang sejarah kehebatan dan keindahan kapal penumpang bernama RMS TITANIC.

Asesmen bisa bernasib sama dengan Titanic. Apa yang sering kita tampilkan dan kita sampaikan ke murid, itulah yang akan lebih mereka ingat.

Continue Reading

Waktu Duduk dan Layar; Inovasi Yang Harus Kita Tinggalkan

Share
zoom fatigue || sumber gambar: The Asian Parent

Oleh: Ali Fauzi

Ada inovasi-inovasi yang lahir dalam praktik belajar mengajar selama masa pandemi. Tidak semua perubahan tersebut adalah positif. Tentu saja, ada inovasi yang perlu dipertahankan, ada juga yang harus segera ditinggalkan.

Ada sekolah yang memiliki jadwal ketat untuk melaksanakan zoom setiap hari, ada juga yang tidak. Bagi yang belum bisa zoom setiap hari, biasanya ingin menaikkan targetnya di tahun ajaran baru agar bisa zoom setiap hari. Bagi yang sudah melaksanakannya setiap hari, tentu akan menambah indikator baru. Contoh saja, aturan kamera semakin ketat yakni kamera harus selalu menyala dan harus memperlihatkan muka.

Apakah ini termasuk inovasi yang perlu dikembangkan?

Continue Reading

Murid Bahagia Dengan Sekolah Online; Bahagia Yang (Bisa Jadi) Salah

Share
sejutaguru || sumber gambar: Republika

Oleh: Ali Fauzi

“Rebahan saja sudah bisa naik kelas”. 

Saat ini, kelompok manusia (siswa) pendukung bangun siang menemukan momen untuk mengajukan alasan-alasan yang kuat. Mereka meyakini bahwa layar tidak bisa menilai apakah dirinya sudah mandi atau belum. Bahkan, saat layar hanya menunjukkan kepala bagian atas, seseorang di layar lain tidak bisa membedakan antara duduk atau rebahan.

Continue Reading