
Oleh: Ali Fauzi
Bel masuk setelah istirahat telah berbunyi. Gelombang anak bergerak menuju kelas. Ada yang berlari, jalan santai, dan bahkan jalan mundur sambil bercanda dengan teman ketika mereka bergerak masuk ke kelas masing-masing.
Saat itu aku membawa timbangan meja dan lima kantong plastik yang isinya berbeda-beda. Ada kacang hijau, beras, tepung, gula, dan kerupuk. Semua dengan ukuran berat yang berbeda. Ya, kami akan belajar tentang satuan berat.
Untuk mengenal berat benda, anak-anak harus langsung merasakan berat benda dengan tangan dan otot mereka sendiri. Kalau anak-anak belajar berat benda hanya dari papan tulis dan buku, bisa jadi mereka hanya akan mengenal nama saja. Bahkan seringkali mereka tidak tahu manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.
Belum juga mengucap salam, seorang anak mendekatiku dan menarik bajuku untuk menunduk. Aku pun jongkok di hadapannya. Wajah layu itu segera membisikkan sesuatu, lantas menarikku untuk mengikutinya. Di situlah tampak penyebab layunya wajah anak tersebut.