Belajar Dan Ke Sekolah Untuk Berbahagia; Jagalah 3 Hal ini Untuk Merawatnya!

Share
Sekolah dan kebahagiaan 7twist.com
Sekolah dan kebahagiaan 7twist.com

Oleh : Ali Fauzi

Di waktu pagi, anak berangkat ke sekolah dengan perasaan gembira. Mereka bangun pagi, mandi, berseragam, mengenakan sepatu, dan menenteng tas dengan penuh semangat untuk berangkat ke sekolah. Mereka berharap dan berkeyakinan untuk mendapatkan pengalaman baru saat di sekolah. Untuk merasakan kebahagiaan ini, ingatlah kembali wajah anak-anak saat hari pertama sekolah.

Setelah beberapa minggu atau mungkin beberapa bulan, kenapa perasaan bahagia itu menjadi luntur? Anak kemudian cenderung menyukai waktu istirahat, jam kosong, dan saat pulang sekolah lebih besar ketimbang saat belajar. Jika ini masih kita hadapi, mari kita kembalikan perasaan bahagia anak saat belajar.

Sekolah yang baik tidak hanya mengajarkan materi pelajaran saja. Sekolah yang baik melengkapi pembelajaran dengan membangun komunitas belajar yang aman dan menyenangkan. Mengajarkan tentang pengetahuan diri, karakter, dan menyediakan suasana yang positif di sekolah. (Baca: Tujuan Belajar Yang Sesungguhnya)

Kita tahu, bahwa setiap anak harus memiliki kemampuan dasar CALISTUNG (membaca, menulis, dan berhitung). Kita pun mengajarkan hal ini dengan penuh semangat hingga tidak sadar dengan munculnya tekanan pada diri anak. Mendorong anak terus berusaha untuk bisa sangat baik. Namun terlalu fokus dan menghabiskan tenaga untuk hal tersebut, sering membuat kita lupa tentang proses yang menyenangkan.

Tekanan yang diterima secara berlebihan membuat anak didik belajar dengan terpaksa. Meskipun ada nilai positif dari tekanan dan kompetisi dalam belajar, namun marilah kita berusaha mendidik dan mengajar dengan cara menyenangkan. Agar anak mencintai dirinya sendiri, mencintai belajar, dan mencintai sekolahnya. Marilah kita berhati-hati terhadap hal ini! (baca: Setelah IQ, EQ, SQ, kini ada CQ)

Tidak hanya itu, terlalu fokus pada materi pelajaran saja bisa membuat kita melupakan bakat dan kemampuan anak di bidang lain. Kita pun juga bisa lupa untuk membangun kekuatan yang dimiliki setiap anak. Bukankah setiap anak memiliki kelebihannya sendiri yang unik?

Untuk itu, agar perasaan bahagia anak saat belajar dan bersekolah tetap terjaga, maka jagalah 3 hal ini!

  1. Membangun lingkungan sekolah yang positif

Rasa Aman. Inilah yang pertama harus dibangun untuk memiliki lingkungan yang positif. Setiap anak harus merasa aman untuk berteman dengan siapa saja, berekspresi, dan berkarya. Di kelas, anak harus merasa aman untuk bertanya dan berpendapat tanpa ada kemungkinan dipermalukan. Di lingkungan sekolah, anak juga harus merasa aman bersosialisasi dengan siapa saja tanpa takut menerima perlakuan kasar dari teman yang lain atau dibully. Rasa aman adalah sarat pertama dan terpenting.

Rasa diterima. Anak yang merasa diterima akan mengeluarkan segala kemampuannya untuk berprestasi.  Di kelas, anak yang memiliki kekurangan tertentu dalam belajar harus diterima sebagai kenyataan dan kemudian kita berikan dukungan untuk bisa lebih baik. Anak yang merasa diterima oleh lingkungan tidak akan dikucilkan dan dihina dengan kekurangannya.

Ketika merasa diterima, maka anak akan mengerti tentang dirinya dan mengerti bagaimana cara memotivasi dirinya. Guru yang menerima setiap karakter anak akan membantu anak didiknya untuk lebih baik dengan kasih sayang yang tulus.

2. Menegakkan peraturan

Peraturan sekolah dibuat untuk menjaga lingkungan yang positif dan melindungi warga sekolah. Yang tidak boleh kita lupakan sebagai guru adalah menjelaskan kenapa peraturan, penghargaan, dan hukuman itu dibuat. Dengan menjelaskan maka anak didik akan menyadari dan mengetahui fungsi peraturan tersebut.

Jika mendapat konsekuensi (hukuman) atas tindakannya, maka anak akan tahu bahwa setiap perilaku ada resikonya. Anak akan menyadari bahwa dia dihukum bukan karena gurunya benci atau tidak sayang. Justru, guru tersebut sayang dan ingin mengajarkan dan menunjukkan akibat-akibat yang akan kita terima dalam hidup atas tindakan kita. (baca: Peraturan Yang “Membunuh” Anak)

3. Menghargai setiap individu

Di kelas, misalnya, guru menyapa secara individu akan membuat anak merasa penting kehadirannya di kelas. Menampilkan karya setiap anak di mading kelas dan terus menggantinya secara berkala akan menimbulkan rasa memiliki anak terhadap kelasnya. Memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk memimpin adalah penghargaan yang sangat bagus terhadap pribadi anak.

Menghargai setiap individu berarti mendukung kemampuan dan sekecil apapun usaha anak. Ketika setiap kemampuan unik individu dihargai, maka peluang berprestasi setiap anak akan semakin besar.

 

Wahai para guru dan orangtua.

Setiap anak dikaruniai perasaan bahagia sejak lahir. Setiap anak, pada dasarnya, suka belajar dan suka bertanya. Mereka tidak memiliki rasa takut dan khawatir untuk belajar sesuatu yang baru. Seringkali, kitalah orang dewasa yang mengenalkan perasaan takut dan khawatir tersebut. Kita munculkan kata “awas”, ancaman, dan tekanan. Dan jika tidak tepat, akan sangat merugikan anak.

 

Mari kita rawat perasaan bahagia anak saat belajar dan berkarya!

Author: Ali Fauzi

Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.

Artikel terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published.