Melatih Peserta Didik Memilih Caranya Sendiri Untuk Ditest

Share

evaluasi pembelajaran

Oleh: Ali Fauzi

Evaluasi di sekolah hampir selalu identik dengan ulangan. Prosesnya bisa sangat beragam. Salah satu yang menjadi favorit adalah ulangan tertulis. Mari kita mencoba hal yang lebih kreatif dan lebih menantang bagi siswa.

Berdasarkan fakta bahwa cara belajar setiap anak berbeda, maka seharusnya cara evaluasi juga bermacam-macam. Sehingga, peserta didik nantinya bisa menunjukkan kemampuan dengan cara mereka sendiri yang lebih baik.

Ada beberapa karakter dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Ada model ulangan harian, UTS, dan UAS. Ada evaluasi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ada juga tes formatif, subsumatif, dan sumatif. Di kurikulum yang baru, ada penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Bentuk dan jenis penilaiannya pun sangat beragam dan bagus. (Baca : Tujuan Belajar Tidak Hanya Untuk Menjawab Soal Ujian)

Ulangan atau tes seringkali menjadi hal yang menakutkan dan dibenci oleh peserta didik. Penyebab takut dan rasa benci itu bisa sangat beragam. Faktor terbesar justru datang dari luar diri peserta didik. Takut mendapat kemarahan, cemoohan, atau faktor yang lainnya.

Seharusnya, melakukan kesalahan saat belajar adalah hal yang biasa. Makanya, setiap ulangan harian atau ulangan formatif, akan ada perbaikan. Proses perbaikan itulah tempat anak belajar tentang kesalahan dan memperbaikinya.

Mari kita mulai mencoba memberikan tantangan yang berbeda kepada peserta didik.

Melatih anak memilih caranya sendiri untuk dites adalah bagian dari cara melatih tanggung jawab. Ketika peserta didik sangat suka tampil dan berbicara kepada teman-temannya, besar kemungkinan dia sangat menyukai metode presentasi. Ketika peserta didik senang dengan musik, kita berikan tanggung jawab kepadanya untuk membuat lirik lagu yang berisi materi pelajaran. Dan seterusnya.

Anak yang suka berbicara dan menyukai public speaking, akan bagus jika kita sebagai guru menilainya dengan cara yang disukainya.

Kebebasan memilih caranya sendiri untuk dites merupakan salah satu cara menemukan kelebihan dan keunikan setiap peserta didik. (Baca: Kecerdasan Baru Selain IQ, EQ, dan SQ)

Melakukan hal ini tidak bisa serta merta begitu saja kita lakukan. Mari kita ikuti tahapan-tahapan mudahnya!

  1. Lakukan bersama siswa dalam proses pembelajaran (langkah terpenting)

Menggunakan berbagai metode dan pendekatan dalam belajar sangat penting. Metode yang beragam merupakan stimulus yang positif bagi peserta didik. Misalnya, dalam satu pertemuan, saat belajar tentang sumber daya alam, peserta didik kita dampingi dan latih untuk mengubah lirik lagu populer menjadi lirik yang berisi materi sumber daya alam. Di pertemuan berikutnya, pada materi sikap toleransi, anak kita kenalkan dan latih untuk membuat komik bertemakan toleransi.

Sangat banyak yang bisa kita lakukan. Misalnya, metode presentasi, puisi dalam matematika, percobaan, karya tulis, membuat film, menulis komik, video pendek bagi penyuka youtuber, mengarang lirik lagu, hingga mind mapping. (Baca: Anak SD Membuat Film Dalam Pembelajaran)

Kita tunjukkan kepada peserta didik bahwa media apapun dapat digunakan sebagai alat pembelajaran. Anak juga harus belajar mengetahui bahwa metode belajar, metode memahami, dan menghafal memiliki banyak cara.

  1. Latihan bersama siswa

Ketika peserta didik sudah mengenal beberapa macam metode belajar, maka tahap berikutnya melatih anak menemukan metodenya sendiri. Misalnya, materi magnet. Kita berikan kebebasan kepada anak untuk memilih caranya sendiri dalam belajar dan memahami materi tersebut.

Peserta didik yang cepat dalam menentukan pilihan, harus mendapat pendampingan yang baik agar mereka bisa berkreasi secara optimal. Peserta didik yang mengalami kesulitan menemukan metode belajarnya, segera kita motivasi dan dampingi untuk menemukannya mulai dari yang termudah.

Sungguh. Ini sangat mudah jika ada kemauan.

  1. Tentukan kategori penilaian

Peserta didik yang mengerjakan tugas dengan cara membuat lirik lagu tidak boleh dianggap lebih tinggi nilainya ketimbang yang mengerjakannya dengan cara menjawab soal tertulis. Dan sebaliknya. Maka, di sinilah pentingnya kategori penilaian.

Kategori penilaian haruslah yang menyeluruh dan bisa dilakukan pada semua metode. Prinsip keadilan dalam mengukur hasil belajar peserta didik sangat penting. Buatlah standar penilaian yang mudah.

Misalnya, materi Sumber Daya Alam. Kategori penilaian berdasarkan kelengkapan informasi. Ada pengertian, ada contoh, ada jenis-jenisnya, ada manfaat dan akibatnya, juga terdapat sikap solutif atas permasalahan yang ada. Masing-masing mendapatkan satu poin, misalnya.

Bentuk dan standar penilaian bisa sangat beragam. Kita sebagai guru bisa mengembangkannya lebih luas dan menarik.

  1. Lakukan (pertama-tama) pada evaluasi harian

Cara ini sangat cocok jika kita lakukan pada saat pengambilan nilai evaluasi harian. Akan banyak kendala jika digunakan pada evaluasi tengah semester dan akhir semester. (Baca juga: Cara Yang Sangat Bagus Dalam Membantu Siswa Untuk Berprestasi)

 

Selamat Mencoba!

 

 

Author: Ali Fauzi

Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.

Artikel terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published.