3 Cara Melakukan Inovasi Di Sekolah. Peran Guru Muda Salah Satu Pilar Terpenting

Share
peran guru || tes.com

Oleh : Ali Fauzi

Suatu ketika, saat harus menjual perusahaan kepada Microsoft, pemimpin Nokia berkata, “kami tidak melakukan apapun yang salah, tetapi entah bagaimana, kami kalah.”

Nokia jelas-jelas memiliki SDM yang handal dan mumpuni. Seluruh kinerjanya terukur, rapi, dan terkendali secara mutu. Namun yang terjadi sungguh mengagetkan. Hal ini membuka mata kita bahwa saat ini bermain aman saja tidak cukup. Setiap lembaga kini membutuhkan perubahan, kecepatan, inovasi, dan kreativitas.

Tidak begitu penting sebuah sekolah memiliki konsultan khusus atau pelatih khusus di bidang inovasi. Setiap guru memiliki suara, ide, dan kreativitas. Sehingga, inovasi bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Hal inilah yang diketahui betul oleh Ken Robinson ketika mengatakan, “pemimpin kreatif tidak harus memiliki banyak ide, yang dibutuhkan adalah menciptakan budaya di mana setiap orang dapat bersuara dan memiliki ide dan kemudian mereka merasa dihargai.”

Tidak sulit untuk memulai. Yang dibutuhkan terutama adalah kemauan.

Memang, salah satu pihak yang gerah untuk menerima perubahan adalah pemangku jabatan. Mereka merasa paling senior, paling tahu, dan bisa mengendalikan keadaan. Betul, biasanya mereka memiliki kekayaan pengalaman akan masa lalu. Langkah ke depan dengan kondisi saat ini adalah zaman yang berbeda di mana kecepatan dan kekuatan-kekuatan yang tak terlihat sering muncul di luar prediksi.

Menghadapi hal yang seperti ini, sangat dibutuhkan kolaborasi dengan anak-anak muda yang memiliki kekuatan penuh menghadapi masa depan.

Perubahan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya harus terjadi di beberapa bidang. Di antara beberapa yang terpenting adalah: metode kolaborasi antar kolega dan sesama rekan guru, menjadikan materi ajar lebih riil dan berguna, serta pemanfaatan teknologi.

 Maka, inilah tiga cara mudah agar sekolah atau lembaga pendidikan bisa berinovasi.

  1. Pemimpin yang terbuka

Pemimpin di sekolah bisa kepala sekolah, ketua yayasan, ataupun manajer pendidikan. Terbuka bukan saja mampu menerima saran dan kritik, namun juga siap berubah. Bisa jadi mengubah target, kecepatan, hingga mengubah budaya kerja.

Seperti yang dikatakan Ken Robinson sebelumnya, maka dengan pemimpin yang terbuka dapat membuka berjuta kemungkinan untuk berubah lebih baik dan maju. Ya, pemimpin yang mampu menciptakan kondisi di mana setiap orang bisa menemukan diri terbaiknya. Bisa bersuara, memunculkan ide, dan berkarya sebaik-baiknya.

Langkah termudahnya adalah menciptakan dialog dua arah dalam setiap perencanaan, tindakan, pengawasan, dan evaluasi. Kalau selama ini guru hanya diminta sebagai pelaksana saja, maka mulailah terbuka menerima masukan dan perbaikan sebelum mengambil kebijakan.

2. Libatkan Guru

Rhenald kasali pernah mengatakan, “di dunia ini orang muda itu miskin masa lalu, tapi kaya masa depan. Internet of think. Lawan kita saat ini adalah orang yang menggunakan masa depan, untuk melawan kita di masa sekarang.”

Di sekolah, melibatkan guru-guru muda adalah hal yang sangat penting. Guru-guru muda atau guru-guru berjiwa muda yakni mereka yang terus belajar dan tak pernah berhenti mengupgrade diri terhadap kebutuhan kekinian. Pribadi yang suka membaca (baik informasi, internet, dan yang lainnya, terutama buku) maka akan lebih mudah untuk berubah.

Ingat, mengubah metode dan orientasi mengajar membutuhkan kemauan yang besar. Orang yang dididik dengan cara tertentu, biasanya cenderung akan mendidik dan mengajar dengan cara yang sama. Inilah yang harus kita sadari, agar kita siap menerima perubahan.

Terlebih lagi dalam pemanfaatan teknologi di sekolah. Ketidak siapan menghadapi teknologi tertentu, saat ini, masih menjadi penghambat besar dalam pemanfaatan teknologi di sekolah. Guru-guru muda dan berjiwa muda (sebagian besar) sangat bisa diandalkan dalam hal ini.

 3. Beri insentif (penghargaan)

Albert Bandura denga teori social-cognitive learning menuliskan berdasarkan penelitiannya, bahwa perilaku kita berubah ketika kita melihat seseorang yang melakukan tindakan tertentu dan dihargai atas tindakannya.

Dalam penelitiannya, juga didapatkan bahwa ketika kita membayar (menghargai) seseorang atas inovasinya, maka inovasi-inovasi yang lain akan bermunculan.

Mari kita buktikan dan mari kita tunggu hasilnya!

 

 

 

 

 

Author: Ali Fauzi

Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.

Artikel terkait

2 Comments

  1. Di dalam era digital orang dapat belajar menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber, dan ini merupakan tantangan bagi guru untuk menemukan pendekatan yang mana yang akan dipakai dalam membantu peserta didiknya untuk belajar secara efektif. Guru di era digital perlu memahami bagaimana cara peserta didiknya belajar dan mencarikan yang terbaik di antara berbagai pilihan tersebut. Dengan kata lain selama guru belum memahami bagaimana kemampuan, kebutuhan dan kekuatan masing-masing individu peserta didiknya dalam mempelajari sesuatu akan sulit bagi guru menentukan metode belajar dan mengajar yang akan berdampak positif kepada peserta didiknya. Dengan kondisi tersebut di atas, sudah saatnya kita memikirkan kembali bagaimana metode belajar mengajar yang dapat digunakan dalam menghadapi era digital saat ini. Pembelajaran kreatif merupakan salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam mewujudkan tuntutan era digital pendidikan saat ini di antara banyak pilihan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.