Oleh: Ali Fauzi
Seorang anak memandang gambar pada papan tulis. Kertas yang dia lihat hanya bergambar tanda tanya dan sedikit tulisan di bawahnya.
Aku mendatanginya secara diam-diam. Bagi teman-temannya, dia adalah anak yang super cuek. Bahkan, menurutku, dia anak yang sangat kuat. Pujian tidak akan membuatnya terbang, kritikan juga tidak membuatnya tumbang. Selama ini, ranking atau kejuaraan apapun, baginya biasa saja. Namun kali ini, dia rela menatap gambar itu berlama-lama. Pasti ada sesuatu yang menarik hatinya.
“Kamu ingin fotomu ada di bagian mana?”, sapaku dengan suara lirih.
Dia hanya menatapku sesaat. Sedikit senyum yang sempat terlihat di bagian wajahnya. Dia tetap dingin tanpa suara.
“Lihat, ada 10 pilihan. Jika temanmu satu kelas berjumlah20, dan setiap kategori diisi dua orang, maka semua siswa fotonya akan terpajang. Pilihlah di bagian mana fotomu akan dipasang”, aku menjelaskan singkat.
Kali ini, aku mencoba memberikan penghargaan karakter sebanyak mungkin. Bukan obral tentu saja. Aku hanya ingin setiap anak menghitung kemungkinan dirinya mendapat penghargaan tersebut. Aku juga ingin setiap anak memilih karakter mana yang paling ingin ditonjolkan.
Kecilnya peluang bisa menghancurkan impian setiap anak. Terlebih lagi jika kita sering menilai hanya dari kuantitas tampil anak di depan kelas. Faktanya, penghargaan yang ada selama ini, sering menguntungkan anak-anak yang suka tampil, anak-anak ekstrovert.
Dengan alasan memotivasi anak lain agar lebih berani, penghargaan tidak boleh menafikan sama sekali terhadap anak-anak yang pendiam atau anak-anak introvert. Bukan salah, akan tetapi mari membuatnya menjadi lebih luas.
Setiap anak adalah karunia yang unik. Pengalaman berprestasi, sekecil apapun, akan sangat positif bagi anak. Asalkan, tidak direkayasa.
Cara yang aku pakai kali ini adalah sbb:
– Aku memasang gambar anonim dengan tanda tanya dengan tulisan karakter.
– Aku menentukan karakter-karakternya. (misalnya “paling peduli”, “paling santun”, paling kreativ”, dll)
– Aku sampaikan ke anak-anak bagaimana cara meraih dan memilihnya.
– Aku bagikan tulisan yang berisi pilihan karakter menurut mereka sendiri. Pilihan berdasarkan prioritas.
– Aku memantaunya setiap hari.
– Aku sediakan waktu tiga bulan.
Melakukan tugas sehari-hari saja sudah lelah, belum lagi setumpuk administrasi yang menyita waktu, bagaimana mungkin melakukan penilaian seperti di atas?
Ini sunnah. Penilaian ini, jika mungkin dilakukan, akan menjadi hadiah bagi anak-anak. Menambah beban guru atau tidak, itu hanya pilihan.
Selamat mencoba.
Author: Ali Fauzi
Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.