“Hukum” 15 Menit Dalam Belajar

Share
waktu belajar || arstechnica.com

Oleh: Ali Fauzi

Hari ini aku membawa mainan tamiya ke kelas. Materi belajar hari ini adalah menghitung kecepatan. Kompetensi dasar yang harus mereka kuasai adalah jarak, kecepatan, dan waktu. Tulisan ini akan lebih membahas pada bagian problem solving yang membutuhkan “hukum” 15 menit sebagai ukurannya.

Terlebih dahulu, kita ulik proses awal, yakni penanaman konsep. Bagian ini merupakan bagian yang paling krusial. Biasanya, anak tidak menyukai matematika atau pelajaran lain karena salah pada sentuhan pertama. Pada pertemuan kali ini, aku menyiapkan tiga uji coba sebagai penanaman konsep dalam belajar.

Jika dalam belajar di kelas, anda sudah terbiasa membangun konsep awal yang variatif, maka tujuh paragraf berikut bisa anda lewati dan langsung masuk ke materi “Hukum 15 menit Dalam Belajar”. Namun, jika anda ingin membacanya, insyaAllah ada durian runtuh sebagai kejutan. Hehe.

Pertama, aku mengajak murid ke lapangan. Jarak tempuh sudah ditandai, tepatnya pada jarak 20 meter.

“Anak-anak, bayangkan kalian adalah mobil dengan merk berbeda-beda. Kalian pasti tahu bahwa Ferr*ri berbeda kecepatan dengan mobil lain. Hari ini, bapak ingin memberikan hadiah mobil Ferr*ri kepada kalian. Selamat ya….! Bukan, bukan, hari ini kita akan belajar kecepatan. InsyaAllah, kita akan mendapatkan mana mobil ferr*ri, mana mobil H*nda, dan mana yang p*jero. Mari kita mulai!”.

Seorang murid siap berlari menempuh jarak 20 meter. Di tanganku, sudah tergenggam stopwatch. Aku meminta murid tersebut berlari secepatnya menempuh jarak tersebut. Aku meminta sampai lima murid saja. Begitu seorang anak berlarisampai finish dan stopwatch aku berhentikan, maka aku sampaikan,

“waktunya si A adalah sepuluh detik. Jadi, anak-anak, kecepatan si A adalah 20 m/10 detik. Maksudnya, dia mampu menempuh 20 meter dalam waktu 10 detik. Sedangkan waktu milik si B adalah delapan detik. Jadi, siapa yang memiliki kecepatan lebih tinggi? Dan berapa kecepatannya”.

Praktik kedua. Aku meminta beberapa anak secara bergantian untuk berjalan dengan kecepatan stabil selama tiga puluh detik. Kemudian, murid akan menghitung berapa jarak yang ditempuh anak tersebut. Kemudian, anak-anak akan menyimpulkan kecepatan dengan kalimat …meter/30 detik.

Ketiga. Aku meminta anak-anak untuk menghitung kecepatan tamiya pada lintasan lurus dengan jarak tertentu.

Setelah proses belajar di luar kelas sudah selesai, maka aku tancapkan kembali pemahaman mereka dengan bahasa matematika di kelas. Begitu selesai, murid belajar menyelesaikan problem-problem sederhana.

Sekarang, mari kita masuk ke “Hukum” 15 menit dalam belajar.

Beberapa psikolog pernah meneliti tentang waktu ini, yakni antara 10 sampai 20 menit. Sebuah waktu yang kita sediakan untuk mengujicoba ketahanan seseorang dalam menyelesaikan masalah. Kita ambil target terendah saja, yaitu 10 menit.

Misalnya, materi kecepatan seperti di atas, kita bagi dalam beberapa level untuk penyelesaian masalah. Pada level pertama, setelah anak-anak kita tuntun menemukan rumusnya sendiri dalam menghitung kecepatan, maka kita berikan tantangan dengan menentukan jam berangkat atau jam kedatangan seseorang ketika berkendara dengan kecepatan tertentu.

Ketika anak sudah memiliki konsep dasar, jangan terburu-buru untuk memberikan bantuan. Gunakan “Hukum” 15 menit dalam belajar ini! Mintalah anak untuk berusaha menyelesaikannya selama sepuluh menit atau 15 menit. Di waktu tersebut, pastikan tidak ada yang diam. Minimal, ada coretan yang dia tulis, ada analisa yang dia pikirkan, dan ada kegelisahan yang muncul.

“Hukum” 15 menit artinya jika seorang anak bisa bertahan minimal 15 menit, atau kita turunkan menjadi 10 menit saja, dalam usaha mencoba-coba kemungkinan untuk menyelesaikan sebuah persoalan, maka kita bisa melihat gambaran rasa ingin tahu dan kegigihan dalam diri seorang anak. 15 menit adalah minimal daya juang untuk anak lulus sekolah menengah atas atau sederajat. Untuk kelas di bawahnya silakan disesuaikan dengan waktu minimal 10 menit.

Seorang teman bercerita tentang kelasnya di kelas 2 SD, yang kurikulum saat ini terdapat materi perkalian dan pembagian. Setelah melakukan penanaman konsep perkalian melalui benda konkret tentang perkalian, maka guru tersebut memberikan tantangan soal cerita. Dia menggunakan “hukum” 15 menit dalam belajar.

“Instruksi harus lengkap agar anak tidak bingung apa yang harus dilakukan”, katanya. Betul, penanaman konsep dasar harus tuntas dan jelas berdasarkan nalar yang baik. Juga, penanaman konsep yang menggunakan pendekatan hafalan bisa mengakibatkan kebingungan. Ujung-ujungnya anak akan bertanya, “Pak, ini diapain pak?”.

Cobalah “hukum “ ini jika merasa cocok. Evaluasilah sendiri atau bersama rekan agar praktiknya bisa dimodifikasi dan semakin baik.

Apakah mungkin untuk pelajaran lain? Sangat mungkin. Pesan utamanya adalah menggerakkan level anak dari peniru menjadi pengolah dan peramu, kemudian menjadi penemu.

Terimakasih.

Author: Ali Fauzi

Orangtua, Guru, Penulis, Pembaca, dan Pembelajar.

Artikel terkait

2 Comments

  1. bener banget, membiarkan anak untuk mencari pengetahuannya sendiri memang penting. tapi kita sebagai orang tua kadang malah langsung memberikan pengetahuan instan, dengan tidak sabar untuk segera membantu sang anak….

Leave a Reply

Your email address will not be published.